nasionalisme Arab selama jangka
waktu sebelumnya Islam? Yang paling penting mungkin adalah lingkungan
keadaannya. Pada beberapa contoh lainnya pertemuan antara lingkungan fisik dan
lingkungan sosial merupakan suatu tirani dari satu pihak saja, yakni kekuasaan
alam terhadap manusia. Riwayat bangsa Arab dimasa pra-Islam sebagian besar
merupakan suatu catatan dari pada perjuangan mereka yang tiada henti-hentinya
untuk mempertahankan kehidupan, melalui penyesuaian diri dengan alam dan
masyarakat terhadap lingkungan yang sangat kejam, atau apabila usaha-usaha
demikian tidak berhasil mereka pindah menjalankan ekspansi.
Memang kesukaran itu ada baiknya,
asal tidak terlalu atau mutlak. Karena kesukaran itu dapat berupa suatu bencana
yang mematikan dan bukannya mendorong masyarakat yang tertimpa. Perlu sekali
dalam menjelaskan hal ini karena dalam mengukur pengaruh lingkungan terhadap
bangsa Arab di zaman pra-Islam, maka para ahli sejarah khususnya mereka yang
cenderung membenarkan thesis bahwa “kesukaran itu baik”, menunjukkan kepada
gejala (terhadap zaman purbakala dan abad pertengahan) bahwa daerah industri
modern pasti ditinggalkan. Yakni pertemuan antara bangsa-bangsa pengembara
(nomad) dan bangsa-bangsa yang menetap, pindahnya bangsa-bangsa pengembara yang
meninggalkan gurun-gurun dan daerah-daerah steppa ke daerah-daerah bangsa
menetap yang terlalu mewah dan moralnya sudah merosot. Keberaniannya, kekerasan
hatinya, dan kecepatan geraknya disyaratkan kepada bangsa yang hidup
mengembara, memberi keunggulan pertama kepada mereka dan kesudahan sengketa
menguntungkan mereka. Akan tetapi ini hanyalah hasil yang tak langsung
diperoleh dengan bayaran mahal dalam abad yang sunyi ; dan jika kita
membenarkan tafsiran Ibn Khaldun, maka hasil inipun pasti tak lama
dinikmatinya, karena kemenangan mengandung benih-benih kehancuran.
Ekspansi Arab Islam sebagai
gelombang terakhir daripada perpindahan bangsa Semit yang disebabkan oleh
karena gersangnya Zazirah Arab dan disebabkan oleh perubahan iklim, namun tak
dapat disaksikan bahwa tanpa Islam sebagai faktor menjatuhkan dan tanpa adanya
pribadi-pribadi yang kuat yang pertama-tama memimpin mereka. Jasa Islam sebagai
kekuatan yang kreatif dalam membentuk bangsa Arab oleh karena itu, jasa Islam
pertama ialah menasionalismekan kehidupan Arab didalam persaudaraan masyarakat
Islam. Orang-orang Arab sebagai bangsa sangat tergantung kepada agama Islam,
dan mereka sadar akan darma kesejahteraan itu. Kalif Umar, yang selama
khalifanya telah diletakan dasa-dasar negara, memberikan kedudukan utama kepada
bangsa Arab sebagai tulang punggung Islam. Untuk menarik garis antara agama
universal yang terwujud dalam kegiatan duniawi dan univversal nasionalisme,
dimana kebaikan umat manusia diwujudkan dengan kebaikan bangsanya? Apapun
alasannya perbuatan-perbuatan yang tegas dan konsekuen,
kebijaksanaan-kebijaksanaan kemasyarakatan, ekonomi, politik dan militer
dijalankan untuk kepentingan bangsa Arab.
Politik nasionlisme Arab,
terdorong oleh alasan-alasan kenegaraan apabila meluasnya agama Islam untuk
tujuan-tujuan praktis yang identik dengan hasil-hasil yang dicapai oleh
tentara-tentara Arab. Azas nasionalisme, yang dahulu merupakan penegak imperium,
terdesak oleh universalisme Islam yang tak mengadakan perbedaan yang tegas
antara orang-orang Arab dan pemeluk-pemeluk Islam yang bukan Arab.
Faktor-faktor
pencetus nasionalisme di Arab adalah :
1.
Bahasa
Bahasa
adalah penting, karena ia merupakan media (alat) dengan mana rakyat menyatakan
pikirannya dan perasaannya.
2.
Tradisi-tradisi sejarah
Tradisi
sejarah adalah suatu faktor yang menyebabkan integrasi asal disajikan dengan
tepat yaitu bukanlah menciptakan keadaan masa sekarang dengan masa lampau, melainkan
dengan penciptaan kembali kemasa lampau serupa dengan keadaan sekarang.
3.
Persamaan kepentingan
Faktor
yang ketiga yang membina nasionalisme Arab ialah persamaan kepentingan, karena
kepentingan bersama ada antara berbagai bagian dunia Arab yang luas itu, maka
agama-agama yang dahulu adalah penjamin kepentingan menjadi kehilangan tugasnya
kecuali dibidang-bidang moral dan etika.
Nilai-nilai kehidupan yang dapat
diambil oleh nasionalisme bangsa Arab yaitu: Persatuan, Nilai Moral, Nilai
Religius, Nilai Nasionalisme, dan lain-lainnya.