Jumat, Juni 14, 2019

DAMPAK PERAN AMERIKA SERIKAT DI ASIA TENGGARA


A.    DAMPAK PERAN AMERIKA SERIKAT DI ASIA TENGGARA
a.      Bidang Politik
Kampanye anti-terorisme AS yang disertai tekanan-tekanan politik telah menciptakan ketidakharmonisan kawasan. Di Asia Tenggara, kehadiran pasukan di Filipina, pernyataan Menteri Senior Singapura, Lee Kuan Yew, yang menuduh Indonesia sebagai sarang teroris dan isu kehadiran pasukan AS di Indonesia telah memunculkan ketegangan-ketegangan baru di masing-masing negara.

b.      Bidang Ekonomi-Sosial
Bagaimana dengan Asia Tenggara? Peran dan pendekatan Amerika Serikat sebagai Polisi Dunia, menurut Sejarawan Johnson hampir sama saja. Amerika Serikat pada abad 17-19 mendorong Inggris, Perancis, Spanyol, Portugis dan Belanda (seperti di perairan Mediterranian dan Timur Tengah), menduduki negara-negara yang dianggap tidak mampu memerangi bajak laut atau bekerja sama dengan mereka. Suatu hal yang menarik dicatat dalam konteks ini ialah apa yang didefinisikan mereka sebagai bajak laut. Bajak laut tidak hanya mereka yang hidup berkeliaran di laut seperti orang-orang Viking di Utara Eropa atau Carabean Pirates, tetapi termasuk juga angkatan laut negara-negara yang menghalangi atau merugikan perdagangan orang Eropa dan Amerika. Oleh karena itu Inggris memerlukan untuk membangun pangkalan yang modern (modern bases) seperti Singapura dan Hongkong, dengan biaya yang cukup besar. Begitu juga Belanda, Spanyol dan Portugis. Anehnya, sesudah pertengahan abad ke-19 marinir Amerika Serikat tidak melakukan pendudukan langsung terhadap negara-negara yang dianggap membantu bajak laut, walaupun Inggris selalu memprotes kebijakan ini, karena armada niaga Amerika Serikat tidak lebih kecil dari Inggris. Kecuali, waktu mereka harus mengambil alih pendudukan Filipina dari Spanyol dan mengambil kembali (retake) Peking dari kekuasaan 'extreemists' Boxers China. menjaga citra atau 'image' Amerika Serikat sebagai negara demokrasi yang anti kolonialisme. Dalam buku sejarah Amerika Serikat yang diajarkan di sekolah-sekolah menengahnya (Senior High Schools), kehadiran Amerika Serikat di Filipina adalah dalam rangka 'mengejar bajak laut'dan mendidik' saudaranya yang berkulit sawo matang itu untuk merdeka dan berbudaya. Dengan adanya 'good excuses' ini, maka peranan Amerika Serikat sebagai Polisi Dunia mungkin kelihatan pas sebagai Polisi Teroris.
Dampak ekonomi-sosial :
1.                  Meningkatkan keamanan AS dengan mempertahankan kekuatan militer yang kuat dan menerapkan diplomasi yang tepat guna untuk meningkatkan kerjasama keamanan dengan negara lain.
2.                  Mengupayakan peningkatan kemakmuran domestik malalui pembukaan asar asing dan perkembangan ekonomi global;
3.                  Meningkatkan demokrasi di luar negeri


c.       Bidang Pertahanan Keamanan
Kehadiran militer AS (military presence) dipandang sebagai alat vital untuk kenyamanan keamanan di Asia Tenggara, perluasan pangkalan militer Amerika di Asia Tenggara sebagai bentuk menjaga dan melindungi Asia Tenggara dari jaringan terorisme, namun disatu sisi terjadi suatu pertentangan di Negara-negara Asia Tenggara, seperti sikap saling menuduh.

d.      Gelar Amerika Serikat Sebagai Polisi Dunia
Apakah Amerika pantas menerima julukan sebagai “Polisi Dunia”? Dalam perjalanan sejarah Amerika serikat banyak sekali melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan ucapannya. AS akan mengahancurkan sebuah pemerintahan yang sangat demokratis sekalipun jika menentang dominasinya, dan sebaliknya AS juga akan mendukung habis-habisan sebuah pemerintahan yang setia kepadanya meskipun sangat diktator dan otokratis sistemnya. Hal ini bukanlah isapan jempol belaka, tetapi sejarah telah membuktikannya. Sejak zaman dahulu sampai sekarang kebijakan AS tidak berbeda, melainkan cara-caranya saja yang lebih di perhalus sehingga kelihatannya bagus dari luar. Setelah AS di permalukan di Vietnam, maka mulai berupaya untuk memperbaiki citranya tanpa mencampakkan tradisi hipokratismenya tersebut. Bagi bangsa yang sudah menyadari dan memahami sikap dan karakteristik AS  tentu saja akan menentang sesuai kemmpuannya. Sikap anti AS  semakin marak dimana-mana, karena memang di mana-mana AS menolak bahkan menghancurkan pemerintahan pilihan rakyat  dan mendukung rejim-rejim diktator. Di Filipina AS mendukung rejim diktator  Ferdinad Marcos, Syingman Rhee dan Chun Dho Hwan di Korea Selatan. Di Nicaragua rejim diktator Somoza  didukung oleh Gedung Putih, sebagaimana juga di Cile AS mendukung Agusto Pinochet yang kejam. Bahkan dalam hal ini CIA mendukung penggulingan Alende yang demokratis, hanya untuk mendukung Pinochet.
Sementara dalam konteks dukungannya kepada Nicaragua, AS  menjalankan operasi rahasia”Iran-Contra”, dengan menjual senjata hasil rampasan dalam perang Iraq-Iran lalu uangnya dikirim untuk membantu Nicaragua. AS juga mendukung diktator Husni Mubaraq, Syah Iran yang tirani itu. Gedung Putih senantiasa menuding negara tertentu sebagai teroris jika memang tidak tunduk kepada dominasinya, Presiden Mahmud Ahmadinejad lebih demokratis dari pada Syah Iran , tetapi tidak diakui oleh AS. Bahkan selalu diprovokasi dengan berbagai pelanggaran hak asasi manusia, isu nuklir dan sebagainya. Namun dalam waktu bersamaan AS membiarkan Israil membantai warga sipil Palestina, serta menutup mata terhadap Israil yang memiliki senjata Nuklir. Amerika Serikat mengakui pemerintahan yang kalah dalam pemilu karena sesuai kehendaknya, tetapi menolak pemerintahan pilihan rakyat secara demokratis sekalipun karena dianggap membahayakan kepentingan politik dan dominasinya. Seperti di Palestina, AS hanya mengakui Mahmud Abbas dari faksi Al Fattah (PLO) meskipun kalah dalam pemilu tahun 2006. Tetapi menganggap teroris pemerintahan Ismaeil Haniyah (HAMAS=al Harakah al Muqawwamun  al Islamiyah) yang menang dalam pemilu tersebut. Hal serupa terhadap FIS (Front Islamique du Salute) di Al Jazair yang telah memenangi pemilu secara demokratis, namun rejim diktator dukungan Barat membatalkannya  tahun 1994.
Indonesia juga pernah “dipermainkan” AS tahun 1974, ketika rejim Orde Baru masih sangat kuat. AS mendorongnya menduduki Timor Timur supaya tidak menjadi pangkalan komunisme. Tetapi kemudian AS dan sekutunya mendukung Timor Leste merdeka tahun 1999, bersamaan menuding Indonesia melakukan berbagai kejahatan kemanusiaan  di kawasan. Jika negara lain melakukan sesuatu pelanggaran hak asasi manusia, pembreidelan pers, penangkapan sewenang-wenang serta pelanggaran terhadap piagam PBB. Tetapi AS sendiri justru mengabaikan resolusi PBB  jika merugikan Israil, serta sebagian besar hak vetonya justru digunakan untuk melindungi Israil yang menindas Palestina.
Dalam konteks perang Iraq, mulanya AS menuduh Saddam Husein memiliki senjata pemusnah masal yang dibantah sendiri oleh utusan PBB. Tetapi AS membangkang keputusan PBB, serta segera menyerbu Iraq. Padahal senjata-senjata kimia yang pernah dimiliki Bagdad merupakan senjata pasukan AS dan sekutunya ketika melawan Iran tahun 1970-an hingga 1980-an. AS melanggar hak asasi manusia  serta melakukan kejahatan perang di Iraq, Afghanistan, Somalia, Vietnam, Korea, serta menangkap orang-orang yang dianggap membahayakan bagi kepentingannya lalu di tahan di penjara Guantanamo. Sekarang terbukti bahwa kebanyakan diantara mereka itu hanya sebagai rakyat sipil biasa, tetapi sampai kinipun mereka masih tetap ditahan disana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nasionalisme Arab