A. DAMPAK PERAN AMERIKA SERIKAT DI ASIA TENGGARA
a.
Bidang Politik
Kampanye anti-terorisme AS yang
disertai tekanan-tekanan politik telah menciptakan ketidakharmonisan kawasan.
Di Asia Tenggara, kehadiran pasukan di Filipina, pernyataan Menteri Senior
Singapura, Lee Kuan Yew, yang menuduh Indonesia sebagai sarang teroris dan isu
kehadiran pasukan AS di Indonesia telah memunculkan ketegangan-ketegangan baru
di masing-masing negara.
b.
Bidang Ekonomi-Sosial
Bagaimana dengan Asia Tenggara? Peran dan pendekatan
Amerika Serikat sebagai Polisi Dunia, menurut Sejarawan Johnson hampir sama
saja. Amerika Serikat pada abad 17-19 mendorong Inggris, Perancis, Spanyol,
Portugis dan Belanda (seperti di perairan Mediterranian dan Timur Tengah),
menduduki negara-negara yang dianggap tidak mampu memerangi bajak laut atau
bekerja sama dengan mereka. Suatu hal yang menarik dicatat dalam konteks ini
ialah apa yang didefinisikan mereka sebagai bajak laut. Bajak laut tidak hanya
mereka yang hidup berkeliaran di laut seperti orang-orang Viking di Utara Eropa
atau Carabean Pirates, tetapi termasuk juga angkatan laut negara-negara yang
menghalangi atau merugikan perdagangan orang Eropa dan Amerika. Oleh karena itu
Inggris memerlukan untuk membangun pangkalan yang modern (modern bases) seperti
Singapura dan Hongkong, dengan biaya yang cukup besar. Begitu juga Belanda,
Spanyol dan Portugis. Anehnya, sesudah pertengahan abad ke-19 marinir Amerika
Serikat tidak melakukan pendudukan langsung terhadap negara-negara yang
dianggap membantu bajak laut, walaupun Inggris selalu memprotes kebijakan ini,
karena armada niaga Amerika Serikat tidak lebih kecil dari Inggris. Kecuali,
waktu mereka harus mengambil alih pendudukan Filipina dari Spanyol dan
mengambil kembali (retake) Peking dari kekuasaan 'extreemists' Boxers China.
menjaga citra atau 'image' Amerika Serikat sebagai negara demokrasi yang anti
kolonialisme. Dalam buku sejarah Amerika Serikat yang diajarkan di
sekolah-sekolah menengahnya (Senior High Schools), kehadiran Amerika Serikat di
Filipina adalah dalam rangka 'mengejar bajak laut'dan mendidik' saudaranya yang
berkulit sawo matang itu untuk merdeka dan berbudaya. Dengan adanya 'good
excuses' ini, maka peranan Amerika Serikat sebagai Polisi Dunia mungkin
kelihatan pas sebagai Polisi Teroris.
Dampak
ekonomi-sosial :
1.
Meningkatkan keamanan AS dengan
mempertahankan kekuatan militer yang kuat dan menerapkan diplomasi yang tepat
guna untuk meningkatkan kerjasama keamanan dengan negara lain.
2.
Mengupayakan peningkatan
kemakmuran domestik malalui pembukaan asar asing dan perkembangan ekonomi
global;
3.
Meningkatkan demokrasi di luar
negeri
c.
Bidang Pertahanan Keamanan
Kehadiran militer AS (military presence) dipandang sebagai alat vital untuk kenyamanan
keamanan di Asia Tenggara, perluasan pangkalan militer Amerika di Asia Tenggara
sebagai bentuk menjaga dan melindungi Asia Tenggara dari jaringan terorisme,
namun disatu sisi terjadi suatu pertentangan di Negara-negara Asia Tenggara,
seperti sikap saling menuduh.
d.
Gelar Amerika Serikat Sebagai Polisi Dunia
Apakah Amerika pantas menerima julukan sebagai “Polisi Dunia”?
Dalam perjalanan sejarah Amerika serikat banyak sekali melakukan sesuatu yang
tidak sesuai dengan ucapannya. AS akan mengahancurkan sebuah pemerintahan yang
sangat demokratis sekalipun jika menentang dominasinya, dan sebaliknya AS juga
akan mendukung habis-habisan sebuah pemerintahan yang setia kepadanya meskipun
sangat diktator dan otokratis sistemnya. Hal ini bukanlah isapan jempol belaka,
tetapi sejarah telah membuktikannya. Sejak zaman dahulu sampai sekarang
kebijakan AS tidak berbeda, melainkan cara-caranya saja yang lebih di perhalus
sehingga kelihatannya bagus dari luar. Setelah AS di permalukan di Vietnam,
maka mulai berupaya untuk memperbaiki citranya tanpa mencampakkan tradisi
hipokratismenya tersebut. Bagi bangsa yang sudah menyadari dan memahami sikap
dan karakteristik AS tentu saja akan
menentang sesuai kemmpuannya. Sikap anti AS
semakin marak dimana-mana, karena memang di mana-mana AS menolak bahkan
menghancurkan pemerintahan pilihan rakyat
dan mendukung rejim-rejim diktator. Di Filipina AS mendukung rejim
diktator Ferdinad Marcos, Syingman Rhee
dan Chun Dho Hwan di Korea Selatan. Di Nicaragua rejim diktator Somoza didukung oleh Gedung Putih, sebagaimana juga
di Cile AS mendukung Agusto Pinochet yang kejam. Bahkan dalam hal ini CIA
mendukung penggulingan Alende yang demokratis, hanya untuk mendukung Pinochet.
Sementara dalam konteks dukungannya kepada Nicaragua, AS menjalankan operasi rahasia”Iran-Contra”,
dengan menjual senjata hasil rampasan dalam perang Iraq-Iran lalu uangnya
dikirim untuk membantu Nicaragua. AS juga mendukung diktator Husni Mubaraq,
Syah Iran yang tirani itu. Gedung Putih senantiasa menuding negara tertentu
sebagai teroris jika memang tidak tunduk kepada dominasinya, Presiden Mahmud
Ahmadinejad lebih demokratis dari pada Syah Iran , tetapi tidak diakui oleh AS.
Bahkan selalu diprovokasi dengan berbagai pelanggaran hak asasi manusia, isu
nuklir dan sebagainya. Namun dalam waktu bersamaan AS membiarkan Israil
membantai warga sipil Palestina, serta menutup mata terhadap Israil yang
memiliki senjata Nuklir. Amerika Serikat mengakui pemerintahan yang kalah dalam
pemilu karena sesuai kehendaknya, tetapi menolak pemerintahan pilihan rakyat
secara demokratis sekalipun karena dianggap membahayakan kepentingan politik
dan dominasinya. Seperti di Palestina, AS hanya mengakui Mahmud Abbas dari
faksi Al Fattah (PLO) meskipun kalah dalam pemilu tahun 2006. Tetapi menganggap
teroris pemerintahan Ismaeil Haniyah (HAMAS=al Harakah al Muqawwamun al Islamiyah) yang menang dalam pemilu
tersebut. Hal serupa terhadap FIS (Front
Islamique du Salute) di Al Jazair yang telah memenangi pemilu secara
demokratis, namun rejim diktator dukungan Barat membatalkannya tahun 1994.
Indonesia juga pernah “dipermainkan” AS tahun 1974, ketika rejim
Orde Baru masih sangat kuat. AS mendorongnya menduduki Timor Timur supaya tidak
menjadi pangkalan komunisme. Tetapi kemudian AS dan sekutunya mendukung Timor
Leste merdeka tahun 1999, bersamaan menuding Indonesia melakukan berbagai
kejahatan kemanusiaan di kawasan. Jika
negara lain melakukan sesuatu pelanggaran hak asasi manusia, pembreidelan pers,
penangkapan sewenang-wenang serta pelanggaran terhadap piagam PBB. Tetapi AS
sendiri justru mengabaikan resolusi PBB
jika merugikan Israil, serta sebagian besar hak vetonya justru digunakan
untuk melindungi Israil yang menindas Palestina.
Dalam konteks perang Iraq, mulanya AS menuduh Saddam Husein
memiliki senjata pemusnah masal yang dibantah sendiri oleh utusan PBB. Tetapi
AS membangkang keputusan PBB, serta segera menyerbu Iraq. Padahal
senjata-senjata kimia yang pernah dimiliki Bagdad merupakan senjata pasukan AS
dan sekutunya ketika melawan Iran tahun 1970-an hingga 1980-an. AS melanggar
hak asasi manusia serta melakukan
kejahatan perang di Iraq, Afghanistan, Somalia, Vietnam, Korea, serta menangkap
orang-orang yang dianggap membahayakan bagi kepentingannya lalu di tahan di
penjara Guantanamo. Sekarang terbukti bahwa kebanyakan diantara mereka itu
hanya sebagai rakyat sipil biasa, tetapi sampai kinipun mereka masih tetap
ditahan disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar