Jumat, Juni 14, 2019

Bagimana Peran Amerika sebagai polisi dunia di Asia Tenggara.


A.    PERAN AMERIKA SERIKAT SEBAGAI POLISI DUNIA DI ASIA TENGGARA
a.      Bidang Politik
Dalam bidang politik, terkait dengan tujuan Amerika itu sendiri dimana sejak peristiwa pengeboman gedung Washington DC tanggal 11 September 2001, Amerika Serikat menjadi fokus pada perang melawan terorisme. Perang melawan terorisme mendominasi agenda pemerintahan. Terorisme dianggap telah melecehkan kekuatan Amerika Serikat dan jika diteruskan gerakan terorisme dapat mengganggu keamanan dan ketertiban dunia. Sementara di Asia Tenggara terdapat lebih dari 200 juta penduduk muslim, hal ini mungkin memunculkan jaringan dari Al-Qaeda dan juga organisasi teroris regional. Ini menjadi fokus perhatian AS, sehingga AS mendesak harus ada kerjasama internasional dalam rangka war on terrorism. Melalui Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), the ASEAN Regional Forum (ARF) dan the Pacific Islands Forum (PIF), AS mengkampanyekan perang melawan terorisme. Untuk kawasan Asia Tenggara, AS menempatkan Australia sebagai bagian penting dalam perang anti-teror. AS menjadikan Australia sebagai koordinator dalam war on terrorism dengan memperkuat kinerja kepolisian, keimigrasian dan kemampuan intelijen.[1]


b.      Bidang Ekonomi-Sosial
Asia Tenggara merupakan kawasan yang sangat diuntungkan oleh letaknya yang strategis. Posisi Asia Tenggara tepat di persimpangan antara konsentrasi industri, teknologi dan kekuatan militer di Asia Timur laut ke utara, sub-kontinental dan sumber-sumber minyak di Timur Tengah ke Timur, dan Australia ke selatan. Secara ekonomi Asia Tenggara merupakan bagian perdagangan dengan volume yang tinggi dari negara Jepang, Korea, Taiwan, dan Australia, termasuk impor minyak, transit Sea-lanes of Communications (SLOCs) negara-negara tersebut di Asia Tenggara. Sedangkan dalam perspektif militer, jalur laut Asia Tenggara sangat penting untuk pergerakan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat dari Pasifik Barat ke Samudra Hindia dan Teluk Persia. Dengan jumlah penduduk yang sangat besar secara otomatis Asia Tenggara merupakan pasar yang luas tidak hanya untuk produk tetapi juga bagi industri jasa Amerika Serikat. Asia Tenggara adalah patner ekspor sekaligus patner impor Amerika Serikat. Selain itu, Asia Tenggara juga merupakan kawasan tujuan bagi investasi tidak juga untuk ketidakstabilan kawasan ini akan menciptakan konsekuensi yang sangat besar terhadap Asia Timur secara menyeluruh dan pada akhirnya dapat mengancam kepentingan vital Amerika Serikat.

1.      Partner Ekspor Impor
Asia Tenggara merupakan patner perdangangan lima terbesar bagi Amerika Serikat. Meskipun Asia Tenggara mengalami stagnansi ekonomi sejak 1997-1998, Amerika Serikat melihat Asia Tenggara masih dapat terus bertahan dan menyelesaikan krisis tersebut. Sehingga Asia Tenggara diyakini sebagai kawasan yang memiliki prospek jangka panjang bagi kepentingan ekonomi Amerika Serikat kedepan. Sekitar tahun 1993-1997, Asia Tenggara merupakan tujuan ekspor Amerika Serikat yang cukup penting setelah Cina dan Jepang di kawasan Pasifik. Namun ekspor Amerika Serikat ke Asia Tenggara turun sekitar 20% pada saat kawasan ini mengalami krisis finansial, akan tetapi perdagangan kembali diperhitungkan ketika Asia Tenggara mulai bangkit dari krisis. Asia Tenggara juga sebagai kawasan tujuan investasi langsung Amerika Serikat, bahkan melebihi Jepang dan Brazil pada tahun 1997. Perkembangan kawasan Asia Tenggara mengalami krisis ekonomi sejak 1998 sangat mempengaruhi kemampuan impor dari Amerika Serikat. Bahkan pada pertengahan 2002, ekspor Amerika Serikat ke ASEAN turun sebanyak 7% dibandingkan satu tahun sebelumnya. Diantara negara-negara ASEAN, hanya Laos, Malaysia dan Vietnam yang meningkatkan pembelian produk Amerika Serikat di tahun 2002. Sementara Malaysia memperlihatkan peningkatan ekspor dari Amerika Serikat sebesar 12% , negara-negara ASEAN lainnya justru mengalami kemunduran. Singapura berkurang -7%, Indonesia -9%, Filipina -11% dan Thailand turun -29% dibanding satu tahun sebelumnya. Kegiatan ekspor-impor Amerika Serikat dengan negara-negara ASEAN memang mengalami penurunan volumenya antara 1997-1999 akibat krisis yang dialami kawasan ini. Namun perlahan menunjukkan peningkatan antara 2000-2001. Akan tetapi peristiwa 11 September 2001 kembali mengganggu stabilitas roda perekonomian dunia, sehingga kerjasama perdagangan kembali mengalami penurunan ditahun 2002.

2.      Pasar produk dan industri jasa
Jumlah penduduk Asia Tenggara yang signifikan merupakan salah satu faktor yang mendukung kawasan ini potensial untuk pemasaran produk-produk industri Amerika Serikat, termasuk Industri jasa Amerika Serikat. Tingkat pertumbuhan perekonomian Asia Tenggara secara umum masih rendah, sehingga kemampuan dalam membangun industri tergolong lemah. Hal ini sangat menguntungkan negara industri seperti Amerika Serikat untuk masuk pasar Asia Tenggara. Dimulainya pasar bebas juga memberikan kemudahan bagi Amerika Serikat dalam hal ini. Setelah Jepang, perusahaan-perusahaan Amerika Serikat termasuk urutan kedua terbesar yang berinvestasi di Asia Tenggara. Sebagian besar kekayaan Amerika Serikat bergantung pada perusahaan-perusahaan multinasional yang juga memiliki kepentingan signifikan di Asia Tenggara. Perusahaan-perusahaan Amerika Serikat menyebar luas di Kawasan ini, meliputi industri manufaktur (Ford, General Motors, Honeywell, Intel, dan sebagainya) , departement strores (K-mart, JC Penney, Federal Dept.Strores), industri energi (Exxon Mobil, Unocal, Freeport, Newmont Minning, Eron, dll), industri jasa (UPS, FedEx, American International Groups, Citigroup, grup hotel, dll), dan lain sebagainya. Asia Tenggara juga merupakan supplier utama elektronik dan semikonduktor chip untuk perusahaan-perusahaan telekomunikasi Amerika Serikat seperti Motorola.

3.      Investasi Asing
Asia Tenggara juga merupakan tempat utama investasi luar negeri Amerika Serikat. Hal ini dapat diukur dari nilai investasi Amerika Serikat ke negara-negara ASEAN yang sangat besar dibandingkan dengan negara-negara investor lainnya. Beragamnya sektor investasi di ASEAN yang tersedia meningkatkan signifikasi ekonomis kawasan ini bagi Amerika Serikat. Kerjasama-kerjasama ekonomi dengan Amerika Serikat terus mengalami peningkatan. Meskipun dalam perkembangannya investasi asing di kawasan ini secara umum agak tertinggal dibandingkan dengan kawasan Asia Timur. Akan tetapi dalam beberapa sektor, baik secara ekonomi, politik dan strategis Asia Tenggara tetap penting. Asia Tenggara merupakan pasar yang potensial bagi produk dan industri jasa, dan sebagai kawasan utama dari sumber-sumber daya alam yang penting, termasuk minyak dan gas alam. Salah satu sektor investasi penting lainnya di Asia Tenggara adalah sumber daya alam. Negara-negara ASEAN secara kolektif merupakan kawasan dengan sumber energi, dan kekayaan alam dunia yang besar, seperti timah, tembaga, emas, dan sumber-sumber yang dapat diperbaharaui seperti karet, kopi, serta kayu-kayuan. Hasil bumi seperti minyak dan gas juga terhitung dalam jumlah yang tidak sedikit. Di Indonesia misalnya, investasi Amerika Serikat tidak kurang dari 20 Milyar dolar untuk tambang emas di Papua. Sedangkan industri minyak di Aceh yaitu Exxon dan Mobil. Bagaimanapun negara-negara Asia Tenggara menggantungkan pertumbuhan ekonomi salah satunya pada investasi asing. Sehingga kesejahteraan ekonomi, sosial, peningkatan pendidikan serta program pengurangan kemiskinan, juga tergantung pada investasi asing. Krisis finansial yang dialami pada dekade sebelumnya menyebabkan stimulasi perpindahan dalam produksi dari tekstil, industri makanan, menjadi obat-obatan, mesin-mesin perlengkapan, dan elektronik.
Pada tahun 1999 ke 2000 terjadi penurunan yang cukup kentara, dimana krisis finansial dan situasi keamanan yang tidak kondusif di Asia Tenggara menyebabkan investor Amerika Serikat beralih ke Cina. Adanya proyek perencanaan pembangunan jaringan pipa untuk saluran gas alam yang akan melintasi negara-negara Asia Tenggara menambah pentingnya kawasan ini untuk investasi Amerika Serikat. Meskipun APEC belum memberikan respon terhadap proposal Amerika Serikat untuk jaringan pipa tersebut, saluran-saluran baru telah direncanakan untuk dibangun diantara negara-negara ASEAN. Contohnya pipa saluran air Indonesia dari pulau Natuna ke Sumatera, pipa saluran Singapura dan Malaysia, dan pipa yang menghubungkan Burma dan Thailand. Kebutuhan gas yang terus meningkat memberikan kecenderungan perkembangan pipa saluran ini akan terus berkembang, bahkan mungkin sampai ke kawasan Cina Selatan.

4.      Jalur laut (Sea-lanes) Asia Tenggara yang strategis
Posisi Asia Tenggara terbentang di persimpangan dua jalur laut terbesar di dunia. Yang pertama adalah jalur Timur-Barat, yaitu jalur yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Samudera Pasifik. Kedua adalah jalur Utara-Selatan, yang menghubungkan kawasan Asia Timur dengan Australia dan New Zealand serta pulau di sekitarnya. Tiga “pintu masuk” kawasan Asia Tenggara: Selat Mlaka, Selat Sunda dan Selat Lombok merupakan titik penting dalam sistem perdagangan dunia. Menjadi sama pentingnya karena perselisihan politis dan ekonomis mengenai jalur laut yang melintasi kepulauan Spartly di Laut Cina Selatan. Selat Malaka sendiri merupakan selat yang menghubungkan samudera Hindia dengan samudera Pasifik, sekaligus sebagai jalur terpendek yang terletak diantara India, Cina dan Indonesia, Oleh karenanya selat ini dianggap sebagai “chokepoints” Asia.
Secara garis besar ada dua kepentingan Amerika Serikat di Asia Tenggara berkaitan dengan letaknya yang strategis:
a.       Asia Tenggara membuka garis laut, karena sebagian besar perdagangan dunia melewati selat Malaka.
b.      Asia Tenggara penting sebagai pos untuk pergerakan kehadiran militer Amerika Serikat di Pasifik Barat dan Samudera Hindia.

Asia Tenggara secara geopolitik sangat krusial tidak hanya untuk kepentingan nasional Amerika Serikat, tetapi juga secara global. Jalur laut yang melintasi kawasan Asia Tenggara mempunyai fungsi yang vital bagi ekonomi Jepang dan Republik Korea, Cina dan termasuk juga Amerika Serikat sendiri. Selat Malaka, yang melintasi Singapura, Indonesia dan Malaysia merupakan salah satu jalur laut tersibuk di dunia. Lebih dari 50.000 kapal per tahunnya transit di selat Malaka, padahal lebar selat ini hanya 1,5 mil dengan kedalaman 19,8 meter. Atas komunikasi Indonesia Yuri Gunadi memperkirakan setiap hari sekitar 10000 kapal masuk ke Singapura yang melintasi selat Malaka, diantaranya 4000 kapal dagang dari Indonesia.Kapal-kapal yang melintasi selat Malaka ini merupakan 1/3 bagian dari perdagangan dunia. Berdasarkan catatan Energy Information Administration (EIA), minyak bumi yang dibawa kapal-kapal tanker melalui selat malaka adalah 11 juta barel per hari. Letak Asia Tenggara yang sangat strategis berdasarkan jalur ini, tentu saja menempatkan Asia Tenggara sebagai kawasan yang sangat penting baik ekonomi maupun keamanan. Oleh karena itu, Amerika Serikat memiliki kepentingan-kepentingan untuk akses bebas dan terbuka di jalur di Asia Tenggara, baik untuk kepentingan ekonomi (proseprity) maupun militier (national security)[2]

c.       Bidang Pertahanan – Keamanan
Asia Tenggara dalam peta kepentingan Amerika Serikat (AS) mengalami perubahan seiring dengan perkembangan sejarah. Perubahan konsep AS mengenai kawasan Asia Tenggara secara dramatis terjadi ketika Perang Vietnam berakhir dimana dengan cepat Asia Tenggara menjadi kawasan yang tidak terlalu penting lagi bagi AS. Akan tetapi perang Vietnam meskipun menjadi kepentingan utama, namun bukan merupakan satu-satunya alasan AS menghadirkan militernya di Asia Tenggara. Bagaimanapun Asia Tenggara menjadi penting tidak saja bagi AS tetapi juga bagi keamanan dunia, karena Asia Tenggara merupakan garis pantai laut terpenting untuk transportasi laut dunia, perdagangan dunia dan tentu saja untuk pergerakan militer AS khususnya. Ada dua kepentingan AS di Asia Tenggara. Kehadiran militer AS di Asia Tenggara sendiri telah berlangsung cukup lama. Terutama sebagai akibat Perang Dingin, Kehadiran militer Asing meningkat, tidak saja untuk kepentingan kekuatan laut, tetapi juga untuk kekuatan udara dan darat. Dan selama masa Perang Dingin, kehadiran militer AS di kawasan Asia Tenggara dilatarbelakangi oleh dua tujuan utama, yaitu:
1.      Memelihara status quo dalam mengatasi peningkatan kekuatan militer Uni Soviet   (sekarang Rusia) di Asia Tenggara.
2.      Memastikan antara negara sahabat dan aliansi AS di Asia Tenggara dalam melawan setiap ancaman-ancaman yang cukup besar untuk diatasi sendiri.

Sementara itu, paling tidak ada 2 (dua) alasan signifikansi strategi AS di Asia Tenggara : (1) sebagai penghubung antara Samudra pasifik, (2) masih berhubungan dengan kepentingan AS pada keamanan jalur laut. Secara garis besar kepentingan militer AS di Asia tenggara pada saat itu adalah untuk antisipasi dan memastikan keunggulan AS dari ancaman kekuatan Uni Soviet. Berbeda ketika tragedi 11 September terjadi, secara serta merta kepentingan AS berubah. Tiba-tiba saja Asia Tenggara menjadi prioritas kepentingan AS setelah Timur Tengah. Kerjasama-kerjasama terutama di bidang militer gencar dilakukan AS dengan negara-negara Asia Tenggara. Namun bukan dengan mudah pula perubahan tersebut dilakukan AS, karena sementara Philipina dan Singapura sangat akomodatif terhadap kehadiran militer AS di negaranya, Indonesia justru sedikit keras dan menolak kehadiran militer AS di wilayahnya.
AS sejak awal serangan 11 September telah menyatakan keseriusannya dalam memberantas terorisme internasional, hal ini terlihat sangat jelas dalam laporan Quadrennial Defense Review (QDR) 2001, yang dikeluarkan dua minggu setelah 11 September, mengalami perubahan yang jelas dalam arah dan strategi. Kepentingannya, terutama dalam meningkatkan kemampuan militernya untuk memberikan perlindungan keamanan warga negara AS. Cara pandang AS terhadap konsep keamanan juga berubah. AS tidak dapat lagi menyombongkan kompleksitas institusi keamanan domestiknya, yang dianggap terlengkap dan tercanggih di dunia, pada kenyataannya tidak memberikan garansi keamanan apapun, terutama dari ancaman asimetris (non-state actor) seperti kelompok teroris.
Sejak 11 September, Thailand juga telah berkoordinasi secara penuh dengan AS dalam memerangi terorisme, dimana AS memberikan suplai untuk keperluan militer Thailand, dan sebagai barternya Thailand memberikan izin penerbangan pada wilayah udaranya, membuat pernyataan resmi kepada publik mengenai dukungannya, dan bekerjasama berbagi dan investigasi, juga dukungan untuk keperluan transit militer AS di Thailand. Peningkatan kehadiran militer AS di Asia Tenggara yang berarti telah terlihat dari jumlah kehadiran pasukan AS yang terus bertambah di Filipina. Selain itu peningkatan juga terlihat dalam kesepakatan kerjasam militer AS dengan negara-negara Asia Tenggara mulai dari pendidikan dan pelatihan militer Filipina, Singapura, Vietnam dan Indonesia, penyediaan fasilitas dok (Singapura), kerjasama intelegen, sampai memberikan izin terbang dan transit bagi kepentingan militer AS dalam memerangi terorisme. [3]


[1] Kennan, Diplomasi Amerika, New York: Amerika Library, hlm. 102-105.
[2] Fareed Zakaria, yang dikutip oleh Samuel P. Huntington,dkk., Amerika dan Dunia, 2005, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
[3] Kompas, “AS-Filipina Sepakati Perjanjian Militer”, Kompas, 14 Februari 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nasionalisme Arab