A. Akibat
Imperium Arab Zaman Abbasiyah
1. Gerakan
Penerjemah
Meski
kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak zaman daulah Umayyah, upaya
besar-besaran untuk menerjemahkan manuskrip-manuskrip berbahsa asing terutama
berbahasa Yunani dan Persia kedalam bahasa arab mengalami keemasan pada masa Daulah
Abbasiyah. Para ilmuan diutus kedaerah Bizantium untuk mencari naskah-naskah
Yunani dalam berbagai bidang ilmu terutama filsafat dan kedokteran. Sedangkan
perburuan manuskrip kedaerah timu seperti Persia adalah terutama dalam bidang
tata Negara dan sastra. Para penerjemah tidak hanya dikalangan Islam tetapi
juga dari pemeluk Nasrani dan Syiah dan Majusi dan Persia. Biasanya naskah
berbahasa Yunani diterjemahkan kedalam bahasa Syiria kuno dulu sebelum kedalam
bahasa Arab. Hal ini dikarenakan para penerjemah biasanya adalah para pendita
Kristen Syiria yang hanya memahami bahasa Yunani dan bahasa mereka sendiri yang
berbeda dengan bahsa Arab. Kemudian, para ilmuan yang memahami bahasa Syiria
dan Arab menerjemahkan naskah tersebut kedalam bahada Arab.
Pelopor
gerakan penerjemahpada awal pemerintahan Daulah Abbasiyah adalah Khalifah
al-Mansur yang juga membangun ibu kota Baghdad. Dia mempekerjakan orang-orang
Persia yang baru masuk islam seperti Nawbaht, Ibrahim al-Fazari, dan Ali Ibn
Isa untuk menerjemahkan karya-karya bebahasa Persiadalam bidang astrologi (ilmu
perbintangan) yang sangat berguna bagi kafilah dagang baik melaluidarat maupun
laut. Buku tentang ketatanegaraan dan politik serta moral seperti Kalila
wa-Dimna dan Sidhind dalam Bahasa Persia diterjemahkan kedalam bahasa Arab.
Selain itu manuskrip berbahsa Yunani seperti Logika karya Aristoteles juga
diterjemahkan. Penerjemahan langsung dari Bahasa Yunani keda;am Bahasa Arab
dipelopori oleh Hunayn ibn Ishaq, seorang penganut Nasrani dari Syiria. Dia
memperkenalkan metode penerjemahan baru yaitu menterjemahkan kalimat bukan
menterjemahkan kata per kata. Metode ini lebih lebih dapat memahami isi naskah
karena struktur kalimat dalam bahasa Yunani berbeda dengan struktur kalimat
dalam bahsa Arab. Selain itu, untuk memperoleh keakuratan dari keteoritikan
naskah.
2. Perpustakaan
dan Observatorium
Merupakan
perpustakaan yang juga berfungsi sebagai pengembangan ilmu pengetahuan.
Institusi inimerupakan kelanjutan dari institusi serupa di masa imperium
sasania Persia yang bernama Jundishapur Academy. Namun berbeda dengan institusi
pada masa Sasania yang hanya menyimpan puisi-puisidan cerita-cerita untuk raja,
pada masa Abbasiyah, institusi ini diperluas penggunaannya. Pada masa Harun
al-Rasyid, institusi ini bernama Khizanah al-Hikmah yang berfungsi sebagai
perpustakaan dan pusat penelitian. Sejak 815 M al-Ma’mun mengembangkan lembaga
ini dan diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah. Pada masa ini, Baitul Hikmah
dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno
yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan Etiopia dan India. Di instusi
ini, al-Ma’mun mempekerjakan Muhammadibn Musa al-Hawarizmi yang ahli dibidang
aljabar dan astronomi. Sejak pertengahan abad ke-9 Baitul al-Hikmah dikuasai oleh
satu mazhab penerjemah dibawah bimbingan Hunayn ibn Ishaq. Mereka menerjemahkan
karya-karya keilmuan lain dari Galen serta karya-karya filsafat dan metafisika
Aristoteles dan Plato. Di Baitul Hikmah terdapat juga observatorium astronomi
untuk meneliti perbintangan. Dalam bidang filsafat, para filosuf Islam berusaha
menjawab persoalan-persoalan umat islam yang berkaitan dengan kepercayaan dan
pemikiran baik secara teoritis maupun praktis, kemanusiaan maupun ketuhanan yang dianggap oleh umat
Islam perlu untuk dijawab sebagai pegangan hidup keseharian maupun untuk
keselamatan yang lebih tinngi. Pada masa ini pemikiran filsafat mencangkup
bidang keilmuan yang sangat luas seperti logika, geometri, astronomi dan music
yang dipergunakan untuk menjelaskan pemikiran absrak, garis dan gambar, gerakan
dan suara. Para filosuf semasa Abbasiyah seperti Ya’qub ibn Ashaq al-Kindi, Abu
Nasr Muhammad al-Farabi, ibn Bajah, Ifnu Tufail dan Ibnu Rushd menjelaskan
pemikiran dengan menggunakan contoh, metaphor, analogi dan gambaran
imaginative.
DAFTAR PUSTAKA
Sodiqin, Ali
dkk. 2003. Sejarah Peradapan Islam.
Yogyakarta: Lesfi.
Hitti, Philip K.
1970. Dunia Arab. Bandung: Vorkink
Van Hoevev.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar