A.
Perjuangan Kaum Girondin
Sejarah kaum Girondin berkaitan erat dengan suka
duka perang. Sebagaimana diketahui, perang
tersebut,merekalah yang telah mempersiapkannya, dan kemudian mengobarkannya.
Dalam hal ini mereka mempunyai segala kesempatan untuk menjaga kelangsungan
kekuasaan. Akan tetapi kebencian terhadap kelompok
Paris yang berebut
kekuasaan dengan mereka, membuatnya
dikemudian hari meninggalkan cara-cara khusus yang dipertahankan kelompok Paris. Kelompok ini
menghendaki perang, tetapi
tidak menghendaki sarana-sarananya, menghendaki revolusi tetapi tidak
menghendaki rintangan-rintangannya. Sehingga hal-hal tersebut memancing reaksi
yang bermacam-macam di kalangan patriot dan borjuis, selama masa senjang
manakala ancaman kontra revolusi nampaknya mereda, patriot dan borjuis
mendapatkan dukungan penuh dari para wakil yang di rongrong oleh sikap waspada
para pimpinan Paris
yang selalu penuh curiga dan anti kekerasan. Akan tetapi,ketika penampilan angkatan perang tidak sesuai
dengan yang diharapkan, ketika negeri dalam bahaya, bahkan revolusi juga
terancam, maka
orang-orang pun tidak lagi mengikuti langkah kaum Girondin.
Aksi 10 Agustus tidak melenyapkan ancaman-ancaman
luar negeri. Di akhir bulan, perbatasan-perbatasan
telah dikuasi tentara gabungan
Austria-Prusia. Longwy, kemudian
Verdun menyerah. Didalam negeri, komplotan
“aristrokratis” bermunculan di Bretagne dan Vendee. Meskipun Danton telah
berupaya untuk menyatukan kekuatan yang memiliki Legislatif dan Comune Paris dalam melawan musuh, namun Girondin yang
berdiam diri, membiarkan
dewan Paris untuk melaksanakan
niatnya mengambil
tindakan-tindakan bagi keselamatan publik. Suatu rancangan yang setahun
kemudian menjadi pemerintah revolusioner itu mengarah pada :
tindakan-tindakan penumpasan, pengusiran terhadap orang-orang yang dicurigai,
dekrit menentang pastor pembangkang,
dan panggilan untuk
memperkuat pertahanan nasional. Karena diserang, maka orang-orang Girondin
membiarkan saja apa yang terjadi, atau mengikutinya, meski dengan perasaan
yang berentangan. Namun lambatnya kerja pengadilan luar biasa yang diresmikan
pada tanggal 17 agustus, membangkitkan
ledakan amarah menghendaki adanya penumpasan di Paris dari tanggal 2 sampai 4 September, kaum sansculottes
berkemas menuju penjara-penjara untuk membantai secara membabi buta para pastor
pembangkang dan orang-orang
yang dinyatakan bersalah berdasarkan pengadilan rakyat. Pada saat itu, para Girondin memaklumi
pembantaian tersebut, tanpa
mengecamnya sama sekali. Akan tetapi, segera mereka berusaha memanfaatkan
reaksi antiterorisme yang berkembang di seluruh negeri untuk dijadikan mesin penggerak
perang melawan Commune. Musuh-musuh mereka atau lebih tepatnya rival mereka kan
diberi sebutan kaum septembriseur.
Konvensi bersidang tanggal 21 september. Diseluruh
negeri,kecuali di paris, kaum Girondintelah memtik hasil dari popularitasnya di
Dewan yang lama yang baru saja di geser. Pada awal suahanya mereka bertinak
sebagai pemimpin golongan mayoritas yang dinamakan kelompok marais (rawa) atau
plaine (dataran) (para wail yang menempati lantai bawah Dewan) – yang
memprioritaskan ikatan pada Revolusi. Kemenangan di Valmy yang segera diikuti
dengan pengosongan wilayah itu dari musuh, dan serangan-serangan dari Belgia,
dari sisi kiri sungai Rhein, Nice dan Savoya, memberi kekuatan baru bagi reaksi
antiteroris. Sebagai kelompok dominan di konvensi, Girondin bisa mengajak
Danton yang telah memberi uluran tangan, untuk bertindak dengan melupakan masa
lalu, mereka
mempersatukan kembali para demokrat. Akan tetapi, kebencian
terhadapkeluarga Roland,terhadap eksklusivisme sekte dan efek sampingan yang
digembor-gemborkan seacara berlebihan, membuat orang-orang yang paling
bersemangat antara mereka itu mengesampingkan persatuan tersebut,untuk lebih
mengutamakan kepentingan mereka sendiri. Dengan monopoli jabatan di
komite-komite Dewan, mereka mengacau sejumlah wakil kelompok Plaine, seperti
Couthon dan Lebas, yang sedikit demi sedikit mendekatkan diri kepada kelompok
montagne. Karena tak henti-hentinya menyerang kelompok Paris beserta
pahlawan-pahlawan nya, Girondin dituduh
sebagai pendukung federalisme. ‘kepemimpinan” Girondin sama sekali tidak pernah
mencapai politik yang konstruktif. Mereka tidak mau meyepakati hukuman bagi
raja tetapi juga tidak mau menunjkan kerendahan hati untuk memintakan
keringanan,sehingga dengan demikian mereka tidak dapat menghalangi penghukuman
terhadap Raja. Ada yang menulis bahwa ereka tidak becus menangani perang; apa
lagi menciptakan perdamaian,yang bagaimanapun juga pernah mereka kemukakan
perlunya. Hasilnya adalah koalisi Inggris akan bertahan sebagai faktor dominan
dalam koalisi itu selama dua puluh tahun.
Musim
semi 1793 akan merupakan saat yang fatal bagi Girondin. Di mana-mana bangunan
mulai retak. Sekali lag i terjadi kekalahan dan penghianatan, akibatnya negeri
dalam keadaan bahaya. Custine meninggalkan daerah sisi kiri sungai Rhein.
Dumouriez tidak dapat mempertahankan Belgia, kemudian berpaling
memihak musuh dengan membawa serta calon Louis-Philippe. Bangkitnya tiga ratus
ribu orang yang diperintahkan oleh konvennsi, berakibat dengan munculnya
pemberontakan di Vendee yang seolah-olah menyapu bersih seluruh pertahanan. Di
paris,gusar karena mahalnya barang dagangan, kaum sans-culottes
mengeluarkan ancaman. Akan tetapi, kaum Girondin menolak konsesi yang telah
disetujuinya setelah peristiwa 10 Agustus. Pada bulan maret dan april, Plaine
mengadakan pemungutan suara terhadap sedert tindakan-tindakan revolusioneryang
di ajukan oleh Montagnard,untuk menentang mereka.
Pemberontakan sans-culottes mempersiapkan diri
untuk hari besar yang telah direncanakan: Robespierre dan Marat, yang meyediakan diri
untuk membatasi pemberontakan itu, harus membiarkannya berlangsung. Pada
tanggal 31 mei,para sans-culottes hanya berhasil mencapai tindakan-tindakan
dalam bagian tertentu saja, tanggal
2 juni dengan dikelilingi oleh delapan puluh ribu pasukan, konvensi mengesahkan
penangkapan terhadap dua puluh sembilan wakil Grondin yang paling menonjol.
Peran politik Girondin selesai sudah. Sejarah membicarakannya dalam tempat yang
sesungguhnya di dalam perjalanan revolusi. Asal-usul sosial mereka, sama sekali tidak
dibedakan dengan kaum Montagnard : baik watawan ataupun pengacara, sebagian
besar dari mereka keluaran tempat penggodokan yang sama, tempat
politis-politisi demokrat mendapat gemblengan. A. Mathies menekankan bahwa kaum
Girondin mengenali rakyat sebagai sosok yang memuakkan; sebaliknya mengecam
mereka karena meeka menyerah ada godaan akan kehidupan kelas tinggi. Namun tak
satupun hal akan memungkinkan orang untuk berpikir bahwasanya keseriusan dan
kesederhanaan dan keberadaan
tokoh-tokoh rakyat telah merupakan awal dari kehupan kelas tinggi; Robespierre
juga seperti Vergniaud yang tidak memiliki selera rendah dan jorok. Danton dan
Desmoulin benci salon-salon maupun klub-klub nyonya besar.
Asal usul politik dalam rancangan
prinsip-prinsip, tak satupun dapat
memisahkan secara pundamental antara Girondin dengan demokrat lain. Antara kaum
Borjuis dengan rakyat, tanpa mereka mengkehendaki, mereka harus mengakhirinya dengan bertumpu
pada semua musuh Revolusi. Individualisme
kelompok Girondin tampak jelas terutama dalam bidang mentalitas dan
psikologi . Secara jelas tampak pada XVIII, bahwa kaum Girondin mengenal cita
rasa kebebasan yang hebat, cita
rasa kesenanagan, cita rasa optimisme dan kehidupan. Dari goncangan
revolusioner, yang terpenting mereka telah berhasil menguak hierarki sosial,
dengan memberikan peluang-peluang yang berarti bagi orang-orang berbakat dan
bagi Pretise tuturan oratoris. Itulah yang memberi warna dalam kenangan mereka,
warna abadi jiwa muda, tanpa tanggung jawab dan menantang.
Sumber :
S. Adisusilo, JR. 1982. Sejarah Eropa dari Renaissance sampai dengan Revolusi Perancis. Yogyakarta: IKIP Sanata Dharma.
Furet & Richet. 1989. Revolusi Prancis. UGM Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar