Rabu, November 07, 2018

Bagaimana Situasi Timor Timur Sebelum Berintegrasi.???


Situasi Timor Timur Sebelum Berintegrasi
1.      Keadaan Alam Timtim
Timor Timur dikenal sebagai provinsi Indonesia ke-27 yang wilayahnya mencakup Timor bagian timur. Istilah Timor diperoleh dari pedagang Malaka yang menyebut pulau tersebut sebagai pulau bagian Timor atau Timor. Wilayah Timtim membujur dari arah barat daya ke timur laut. Satu-satunya batas darat adalah di sebelah barat daya yaitu dengan bagian barat pulau Timor yang merupakan wilayah dari provinsi NTT. Luas wilayah Timtim adalah 14.989,375 km persegi, sedangkan belahan bagian barat yang masuk NTT adalah 13.819,41 km persegi.
Tanahnya terdiri dari lapisan kapur sedimentes, karang-karang, tanah liat sering ditandai oleh rengkah-rengkah di daerah pegunungan, tidak vulkanis. Di Timtim musim kering terjai cukup lama, sementara pada musim hujan sering banjir dan sungai-sungai banyak yang berubah alur.
Kondisi tanah yang tandus menyebabkan tumbuh-tumbuhan tidak banyak jenisnya seperti di Jawa, Bali, Sumatera. Hampir di seluruh pantai terdapat hutan bakau yang lebat, di bagian selatan lebih subur dibanding bangian utara. Di Timtim tanaman kopi merupakan tanaman ekspor. 

2.      Penguasaan Portugis
Orang-orang Portugis diperkirakan sudah berada di Timor Barat sebelum pertengahan abad ke 16. Hal ini dapat diketahui karena pada tahun 1550 Pater Antonio Tavaera O.P memandikan 5000 orang Timor. Namun demikian para pastor yang berkarya di Timor masih Tinggal di Solor.
Setelah berhasil membangun VOC di Maluku, Belanda mengusir Portugis dari wilayah Indonesia, sehingga pada tahun 1616 Solor berhasil dikuasai oleh Belanda, dan Portugis terdesak ke Pulau Timor. Pada tahun 1640 orang-orang Portugis mulai membangun tempat tinggal baru di Timor, khusus untuk para pastor dan pedagang. Sejak saat itu perhatian Portugis semakin terpusat ke Timor. Siasat pertama yang berbentuk penyebaran agama dan perdagangan mulai berubah bentuk menjadi ekspansi teritorial dengan mendirikan benteng-benteng. Politik adu domba dipraktikan antara raja-raja setempat dan diakhiri dengan pengakuan kekuasaan Portugis.
Portugis tidak dengan mudah menanamkan kekuasaannya di Timtim, meskipun Timtim merupakan daerah yang terpencil. Masyarakat Timtim terus menerus melakukan perlawanan terhadap Portugis. Semasa Perang Pasifik, Timtim jatuh ke tangan Jepang. Perlawanan terhadap Jepang dilakukan oleh tentara Australia, sementara tentara Portugis tidak melakukan apa-apa. Bahkan tentara Portugis dilucuti oleh tentara Jepang. Ketika perang selesai dan keamanan telah terjamin, Timtim dikembalikan kepada Portugis. Namun dengan berakhirnya Perang Dunia II, rakyat Timtim mulai bangkit menolak kembalinya Portugis. Pemerintah Portugis membentuk polisi rahasia untuk mengawasi gerak-gerik rakyat. Rakyat yang didapati menentang Portugis ditangkap dan dibuang ke Angola dan Mozambique.
Perlawanan terakhir pada Portugis berlangsung pada tahun 1959 hingga ratusan pejuang menjadi korban. Untuk mencegah terjadinya perlawanan lagi, Portugis menjelaskan bahwa Timtim bukan jajahan Portugis tetapi wilayah Portugis di seberang lautan. Selain itu Portugis mengadakan hubungan konsuler dengan Indonesia, Australia, dan Taiwan dengan berkedudukan di Dili.



3.      Revolusi Bunga dan Pengaruhnya Terhadap Timtim
Seperti daerah-daerah jajahan Portugal lainnya, Timtim yang juga dipandang sebagai bagian integral negara Portugal, sejak tahun 1961 mempunyai status provinsi, sedang sebelum tahun 1961 kepada penduduk pribumi diberikan kesempatan untuk memperoleh kesamaan hak dengan orang-orang Portugis sebagai assimilado. Akan tetapi kenyataannya hanya sedikit orang yang memperoleh status itu karena persyaratan yang berat.
Pada tanggal 25 Maret 1974 di Portugal meletus Revolusi Bunga dan kelompok junta militer pimpinan Jenderal de Spinola mengambil alih kekuasaan. Ia berusaha memperbaiki keadaan seperti keterbelakangan Portugis di Eropa, pertentangan politik yang berlarut-larut, ekonomi semakin merosot, pengangguran terus meningkat, perang di daerah jajahan terus berkobar, dan menghasilkan keputusan untuk memberikan pemerintahan sendiri kepada kolonialnya.
Pemerintahan Spinola segera memenuhi janji untuk mengembalikan hak-hak sipil. Para tahanan politik dibebaskan, partai pemerintah dibubarkan, polisi rahasia dihapus, sensor pers ditiadakan dan kepada rakyat diberikan kebebasan untuk membentuk partai politik dan mengambil bagian dalam penyusunan kebijaksanaan pemerintah.
Pemerintah baru itu juga mengumumkan maksudnya untuk menerapkan azas-azas demokrasi di provinsi-provinsi  seberang lautan termasuk Timtim, dan sehubungan dengan itu bermaksud untuk mengadakan suatu referandum pada tanggal 31 Maret 1975 di mana rakyat dapat menentukan status politik dan hari depan negerinya sendiri.
Selang dua minggu setelah Revolusi Bunga, Gubernur yang merangkap Komandan Militer Timtim, Kolonel Fernando Alves Aldeia mengumumkan kebebasan bagi rakyat untuk membentuk partai politik, dan rakyat diberi kesempatan untuk menentukan nasib sendiri dengan melalui referandum yang akan diselenggarakan pada tanggal 31 Maret 1975. Dengan adanya pernyataan dari pemerintah baru Portugal tersebut, rakyat Timtim segera memanfaatkan kebebasan yang diberikan itu, sehingga terbentuk partai-partai politik seperti partai Uni Demokrat Timor (UDT), partai Sosialis Demokrat (Fretelin), dan perhimpunan Integrasi Timor-Indonesia (Apodeti). Dua partai kecil muncul kemudian, yaitu Kota dan Tabralista yang sehaluan dengan Apodeti.
Partai UDT didirikan oleh tokoh partai Aksi Nasional Rakyat yang telah dibubarkan, Mario Viegas Carrascalao. Tujuannya untuk memperjuangkan agar Timtim tetap di bawah Portugal, sebab ekonomi Timtim lemah dan belum mempunyai tenaga terdidik. Pendukungnya adalah orang kulit putih dan pejabat pemerintah. Fretelin didirikan oleh Xavier do Amaral dengan Wakil Sekjen Lobato, dengan urusan luar negeri Ramos Horta. Tujuannya otonomi menuju kemerdekaan sendiri. Apodeti didirikan oleh Araujo dengan Sekjen Osorio Soares dan bertujuan untuk memperjuangkan integrasi Timtim dengan Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA

A.Kardiyat Wiharyanto. 2011. Sejarah Indonesia: Dari Proklamasi Sampai Pemilu 2009. Yogyakarta: USD.
Nevins Joseph. 2008. Pembantaian Timor Timur: Horor Masyarakat Internasional. Yogyakarta: Galangpress.
Taylor G John. 1998. Perang Tersembunyi: Sejarah Timor Timur Yang Dilupakan. Timor Timur: FORTILOS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nasionalisme Arab