Minggu, November 11, 2018

Apa penyebab mundurnya Indische Partij?


Apa penyebab mundurnya Indische Partij?
Dilihat dari aktivitasnya, sejak semula Indische Partij memang menunjukkan keradikalannya sehingga pemerintah kolonial Belanda merasa perlu untuk cepat-cepat menghentikannya. Itulah sebabnya organisasi ini tidak dapat berumur panjang karena pada akhirnya pemimpinnya dibuang ke luar negeri (1913). Adalah menarik, bahwa persoalan yang menyangkut nasib tiga serangkai tersebut erat hubungannya dengan tindakan Belanda pada tahun 1913, dalam rangka memperingati bebasnya negeri Belanda dari penindasan Prancis pada tahun 1813. Adalah suatu ironi bahwa negara yang menjajah, merayakan kebebasan negerinya itu di negeri yang dijajahnya sendiri, lebih-lebih untuk perayaan tersebut pemerintah akan memungut biaya dari rakyat Hindia.
Melihat fenomena menarik tersebut, Suwardi Suryaningrat dan kawan-kawan akhirnya membentuk “Komite Bumi Putera”, suatu komite yang bertujuan menentang peringatan tersebut. Komite ini kemudian mengeluarkan brosur yang didalamnya dimuat tulisan Suwardi Suryaningrat dengan judul: “Als ik een Nederlander Was.” (Andaikata saya seorang Belanda), yang isinya menyindir dengan tajam sikap pemerintah kolonial Belanda yang ingin merayakan kebebasannya di tanah jajahan dengan cara memungut biaya dari rakyat. Karena tulisannya itulah kemudian Suwardi Suryaningrat ditangkap, dan teman-temannya tang tergabung dalam “Komite Bumi Putera” juga tidak luput dari pemeriksaan pemerintah. Setelah penangkapan Suwardi, Cipto mangun Kusumo kemudian menlis sebuah karangan di harian De Expres dengan julul “ Kracht of Vrees” (Kekuatan atau Ketakutan). Tulisan itu jelas merupakan sindiran terhadap pemerintah kolonial. Selanjutnya Douwes Dekker yang merasa senasib dengan kawan-kawannya itu kemudian juga menulis sebuah karangan yang berjudul “Onze Helden: Cipto Mangunkusumo en R.M. Suwardi Suryaningrat (Pahlawan kita: Cipto Mangunkusumo dan R.M. Suwardi Suryaningrat), yang isinya sangat membangga-banggakan kedua temannya tersebut. Akibatnya sudah jelas, ketiga tokoh tersebut akhirnya dieksernisasi ke negeri Belanda.
Mulai saat itu, berhembuslah gerakan politik yang menusuk kekuasaan kolonial. Ditambah lagi meledaknya Perang Dunia I (1914-1918), membuat pemerintah Hindia Belanda selalu berhati-hati terhadap gerakan-gerakan politik disini. Walaupun peperangan itu tidak terjadi secara riil di Indonesia, getarannya menyentuh alam pikiran kaum pergerakan. Semboyan presiden Amerika Serikat Wilson, “The Right of Self Ditermination” sangat mempengaruhi sikap para tokoh Indonesia.
Kepergian dari ketiga pemimpin tersebut membawa pengaruh terhadap kegiatan Indische partij yang makin lama makin menurun, kemudian Indische Partij nama menjadi partaiInsulinde. Sebagai asas yang utama dalam programnya tertera: “ Mendidik suatu nasionalisme Hindia dengan memperkuat cita- cita persstuan bangsa”, kepada anggota- anggota ditekankan supaya menyebut dirinya “ Indiers “, orang Hindia ( Indonesia ). Pengaruh Serekat Islam yang kuat telah menarik orang- orang Indonesia, sehingga Partai Insulinde menjadi semakin lemah. Kembalinya Douwes Dekker dari negeri Belanda tahun 1918 tidak begitu mempunyai arti bagi partai insulinde, yang kemudian pada bulan juni 1919 berganti nama menjadi National Indische Partij(NIP). Dalam perkembangannya partai ini tidak mempunyai pengaruh kepada rakyat banyak bahkan akhirnya hanya merupakn perkumpulan orang- orang terpelajar.
Sungguhpun Indische Partij hidup tidak lama, konsep kebangsaan yang dicanangkan dan dikembangkan sangat berpengaruh terhadap tokoh-tokoh pergerakan kebangsaan Indonesia dan sepak terjang organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia pada masa-masa selanjutnya. Pemimpin-pemimpin Indische Partij setelah organisasinya dibubarkan dan dianggap sebagai partai terlarang bersepakat secara perorangan tetap terus mempropagandakan cita-cita organisasi tersebut melalui tulisan-tulisan ataupun organisasi lain. Dengan demikian, tetap meneruskan propaganda dengan berbagai tulisan, terutama surat kabar meskipun Indische Partij telah dibubarkan, pemimpin-pemimpinnya sebagai seorang pribadi De Express Bandung menjadi media tulisan mereka. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nasionalisme Arab